Rabu, 30 Maret 2011

Ebook Reader Onyx Boox M90 Versus Logika

Baiklah, saya memang salah satu penggemar ebook. Bukan hanya harganya yang murah, dengan memakai ebook berarti kita menghemat pemakaian kertas kan! Tapi tentu saja, hingga saat ini dapat dikatakan belum ada ebook reader yang memadai. Sebenarnya saya telah memiliki sebuah ebook reader sejak lama sekali, namanya Sony PRS-500 (generasi pertama ebook reader). Saat itu, dapat dikatakan fenomena ebook reader belum terdengar, tepatnya sekitar 5 atau 6 tahun yang lalu. Sekarang, kata ebook reader sudah sering dijumpai, namun tetap saja belum ada peranti yang cukup canggih untuk menampilkan tipe file PDF dengan sempurna dan menggunakan teknologi e-ink

Kenapa e-ink? Karena dengan teknologi tersebut, hasil yang diberikan layar spesial itu akan seperti kertas yang dicetak sehingga mata tidak cepat lelah. Lain halnya ketika kita menatap layar LCD semacam iPad atau netbook, bisa dibayangkan bagaimana letihnya mata kalau harus membaca text book ribuan halaman dengan menatap layar yang menyilaukan itu.

Berdasarkan informasi yang saya terima, sebuah perusahaan bernama Onyx International akan meluncurkan produk terbarunya Boox M90 yang konon dapat menampilkan file PDF mendekati sempurna. Boox M90 ini berukuran sekitar 1 halaman letter, dan itu adalah sebuah ukuran ideal yang selama ini telah ditunggu-tunggu para pecinta ebook. Dengan layar e-ink touch screen, pembaca dengan mudah dapat membubuhkan beragam tanda pada ebook yang mereka baca. Mulai dari menggaris bawah hingga corat-coret sketsa. Tidak hanya itu, masih banyak fitur menarik lain termasuk memperbesar halaman dengan begitu banyak pilihan ukuran! Ketika kita bicara tentang file PDF, fitur seperti ini adalah luar biasa. Bahkan Kindle DX pun belum dapat memberikan performa baik untuk file PDF, padahal kebanyakan file ebook ‘serius’ maupun tipe ‘novel’ sangat banyak dijumpai dalam bentuk PDF.

Oke, jujur saja, di dalam hati saya yang terdalam saya tentu ingin membeli Ebook Reader Onyx Boox M90 ini yang akan diluncurkan beberapa bulan mendatang. Saya masih memiliki waktu yang cukup untuk menabung. Tapi, logika saya sedang memberikan argumen lain.

Dengan harga sekitar 5 juta Rupiah, logika saya berkata bahwa jumlah investasi tersebut tidak berimbang dengan pengiritan yang dapat dilakukan. Andai kata 1 halaman print dengan harga ideal Rp100,- berarti 5 juta rupiah dapat digunakan untuk pesan print 50,000 halaman! Wow! Andai kata kita berasumsi bahwa 1 halaman print dengan harga normal Rp400,- berarti 5 juta rupiah sama dengan 12,500 halaman!

Pertanyaanya: Apa saya akan menggunakan ebook reader tersebut untuk mengakses setidaknya 12,500 halaman? Ini pun belum memperhitungkan biaya listrik lho..

Selain itu, dengan bentuk fisik aslinya, buku yang di-print akan lebih mudah diakses, dicorat-coret, dibubuhkan penanda, dan lebih awet. Meskipun demikian, hal tersebut mungkin dapat menambah kuantitas sampah global. Eitt, tunggu dulu, barang elektronik pun menghasilkan sampah elektronik kan?!

Minggu, 27 Maret 2011

Dokumentasi Pribadi: Piano Practice 24 Maret 2011

Sekadar dokumentasi pribadi atas sebuah latihan piano yang saya lakukan pada tanggal 24 Maret 2011. Saat ini saya tengah melatih beberapa lagu untuk ujian, dan sebuah lagu Grieg untuk menghibur hati.

Bagian pertama adalah sebuah lagu Sonatina yang saya ambil dari sebuah buku. Masih terdengar alunan tangan kiri yang kaku serta melodi kanan yang kurang diberi aksen penjiwaan dan dinamik. Selain itu, secara keseluruhan masih terdengar tempo yang kurang teratur serta terkesan dihentak-hentak. Lagu yang harusnya mengalun jadi terdengar seperti pacuan kuda!

Bagian kedua adalah lagu yang sama, namun dimulai kembali dari bagian pertengahan. Masih tidak terlalu berbeda dengan bagian pertama, ternyata.. Aksen tangan kiri kurang kuat dan ada tempo yang lari. Lalu saat repetisi terdengar hanya hentakan-hentakannya saja, hampir tidak terdengar melodi yang ingin disampaikan.

Bagian ketiga adalah lagu Grieg yang berjudul Morning Mood, baru dipelajari dua kali sehingga masih belum begitu lancar. Harus diperbaiki permainan tangan kiri agar lebih mengalir, khususnya ketika terdapat 3 not yang berjauhan sebagai chord. Dalam rekaman, ternyata masih terdengar begitu lambat dan agak membosankan! Perbedaan aksen tangan kiri dan tangan kanan masih harus diperjelas.

Rabu, 23 Maret 2011

Siapa Bilang Membaca Itu Payah?

Membaca bukanlah persoalan mengembangkan pola pikir dan menambah pengetahuan intelektual saja. Membaca juga dapat membantu orang lain!

Ada yang tidak percaya? Ini buktinya! Scribd Read for a Cause, sebuah proyek luar biasa yang sedang diusahakan oleh Scribd dan Room to Read. Perjalanan internet saya hari ini menguak beberapa hal mengenai betapa menakjubkannya kenyataan di balik aksi-aksi luar biasa ini.



Dalam Scribd Read for a Cause, saya sempat melihat salah satu dokumen yang dipilih oleh Deepak Chopra, yaitu sebuah file PDF berjudul Room to Read 2009 Girls Education. Jika ada yang hendak membacanya juga, file berukuran sekitar 3 MB ini sangat mudah diakses, cukup klik link Scribd Read for a Cause di atas, dan scroll halaman hingga paling bawah dan akan terlihat file yang sedang saya bicarakan. File ini berisi mengenai lamporan tahunan Room to Read dalam aksinya mengedukasi anak-anak, khususnya perempuan di negara-negara seperti Bangladesh, Cambodia, India, Laos, Nepal, Sri Lanka, Vietnam, dan Zambia.

Saya merasa begitu terinspirasi sejak dari halaman pertama. Dokumen Girl’s Education Yearbook langsung mengingatkan saya pada yearbook SMA saya. Sementara yearbook SMA saya tersebut membutuhkan banyak uang dalam pelaksanaannya dan kurang dapat dinikmati berulang-ulang*, Girl’s Education Yearbook memerlukan biaya yang relatif sangat murah karena dapat dan telah diunduh secara online dan gratis oleh setidaknya 1,565 orang hingga saat ini, serta sangat menginspirasi saya!!! 

*(gak mungkin kan saya bacain itu yearbook tiap hari atau bahkan tiap bulan? Paling pas reunian, mungkin.. Karena toh saya dan kawan-kawan masih seperti berada di dalam sebuah sekolah yang sama, meski pada kenyataannya setiap dari kami menempuh jalan yang berbeda.)

Apa yang paling menarik tentang file ini sehingga ia dapat begitu menyentuh pikiran saya? 

Bayangkan, saya hidup di tengah ratusan buku-buku yang sangat menarik, dan terkadang masih sangat menyesali bahwa saya sulit mendapatkan buku-buku menarik yang saya lihat di internet karena saya harus mendatangkannya dari luar negri atau menempuh jalur merepotkan lainnya. Saya sering merasa kecewa karena bertempat tinggal agak jauh dari pusat-pusat negara maju. Lalu, bayangkan ini: Ternyata ada orang-orang yang bahkan tidak dapat mengakses buku maupun pendidikan yang layak! Berikut adalah salah satu kutipan yang saya temukan:

“ I used to envy those who were on the program and would cry because I was not on it. Now, my whole life has changed! Sometimes I pinch myself just to make sure I am not dreaming.”
--Sharon, age 13, Zambia

Bisakah Anda bayangkan betapa langkanya pendidikan yang layak di daerahnya?  Bisakah Anda bayangkan bagaimana senyumnya ketika ia dapat membaca beragam pengetahuan baru dari beragam buku yang biasanya sangat jauh dari kehidupannya? Bisakah Anda bayangkan bagaimana reaksi mereka ketika pengetahuan membuka cakrawala dan wawasan hidup mereka?

Saya tidak habis pikir, saya hidup di tengah tumpukan buku-buku yang luar biasa, tapi kadang saya masih sering menelantarkan mereka!!

Senin, 21 Maret 2011

Hal yang Perlu Anda Ketahui Tentang Saya

Motivasi sesungguhnya saya dalam menempuh jenjang perkuliahan BUKANLAH mencari nilai, maupun ketenaran, atau apa pun sejenisnya. Apa yang sedang dan akan senantiasa saya usahakan selama saya menempuh jenjang perkuliahan adalah hasil yang dapat membahagiakan orang tua

Syukurlah, orang tua saya bukanlah pihak yang terlalu muluk-muluk dan berharap terlalu tinggi. Mereka hanya menghendaki kelulusan yang cepat (atau paling tidak tepat waktu), lulus dalam setiap mata kuliah yang ditempuh, serta usaha saya yang sebaik-baiknya sebagai bentuk penghargaan terhadap investasi yang telah mereka berikan (dalam bentuk dana kuliah).

Saya menyadari dengan sepenuh hati dan rasionalitas pemikiran bahwa saya telah berhutang banyak kepada orang tua saya yang telah berperan banyak dalam kehidupan saya. Tentu saja waktu yang saya miliki untuk membayar apa yang telah mereka berikan kepada saya secara materiil belum tentu cukup, kecuali mungkin apabila saya mendadak mendapatkan lotere (Ngarep? Ikut undian aja hampir gak pernah.) Belum lagi apa yang telah mereka berikan dalam bentuk non-materiil?

Saya bukanlah orang yang terlalu peduli dengan urusan orang lain, khususnya jika ia bukanlah orang yang butuh pertolongan. Dalam arti, jika Anda adalah salah satu orang yang berada di sekeliling saya, saya tidak akan melarang apa pun yang hendak Anda lakukan kecuali jika memang berdampak besar pada saya. Jadi saya kira, dengan demikian tidak perlu ada orang yang merasa terganggu oleh kehadiran saya. Terlebih, saya bukan orang yang suka berkompetisi.

Saya hanya berusaha untuk menolong teman-teman terdekat yang membutuhkan, dan jika ia menginginkannya. Saya senang jika orang-orang di sekeliling saya merasa bahagia, karena itulah yang terpenting dalam persahabatan!

Di Balik Kompleksitas Selalu Ada Hal yang Sederhana

Saya teringat kepada sebuah jurnal yang saya baca sekilas siang ini. Dari judulnya saja, jurnal tersebut sudah membuat saya terkejut. Bagaimana tidak, dalam satu jurnal ada lima aspek yang terkandung di dalamnya: kebijakan, multi-decision analysis, stakeholder, wastewater, dan khususnya sampah medis. Secara garis besar, jurnal tersebut sangat kompleks karena merupakan analisis multi-decision atau keputusan berganda yang dipengaruhi kebijakan sekaligus berperan pada stakeholder dalam menentukan penanganan wastewater dari sebuah rumah sakit yang menghasilkan sampah medis.

Tapi, dalam proses perumusan framework, ternyata analisis keputusan berganda tersebut hanya berujung pada Ya atau Tidak. Jika Ya, berarti analisis berhasil mendapat respons positif dari stakeholder, sedangkan Tidak berarti sebaliknya.

Lucu kan? Dari sesuatu yang sangat rumit ternyata bisa berujung pada sesuatu yang sangat sederhana.

Contoh lain yang terlintas di benak saya adalah persoalan kemacetan Jakarta.

Sebenarnya salah satu faktor yang menimbulkan perbedaan jauh antara lalu lintas Jakarta dengan Hong Kong (dengan tingkat kependudukan yang tinggi dan masih satu lingkup negara berkembang dengan Indonesia) adalah kuantitas motor. Motor memang terlihat hemat ruang dalam badan jalan, namun sebenarnya jumlah luas jalan yang dipakai oleh 4 pengendara sepeda motor setara dengan luas jalan yang dipakai sebuah mobil. Jadi, kalau dikatakan hemat ruang, tidak juga ya.

Selain ruang, motor juga menyulitkan pengguna mobil untuk berkendara lebih cepat. Kenapa? Karena pengguna motor biasanya cenderung menyalip di sela-sela ruang tersempit yang nampak tanpa memperhitungkan kondisi di sekelilingnya. Yang penting muat, langsung masuk! Ini dia yang menimbulkan kekhawatiran sangat besar pada pengguna mobil, sehingga pada akhirnya lalu lintas pun menjadi padat merayap.

Lain halnya dengan Hong Kong di mana sebagian besar orang yang tidak mengendarai mobil pasti berjalan kaki atau menggunakan bus atau kendaraan umum. Kenapa demikian? Karena harga motor di sana tidaklah murah dan orang-orang tentu berpikir untuk menghemat uang dengan memakai jasa kendaraan umum. Kalau dipikir-pikir, bila kondisi seperti ini diterapkan di Indonesia, akan sangat menguntungkan! Kapan lagi persoalan kemacetan lalu lintas Jakarta bisa diselesaikan sambil menambah keuntungan Pemerintah melalui pendapatan kendaraan umum??

Meskipun contoh di atas memerlukan penelitian lebih lanjut mengenai efek yang mungkin akan ditimbulkan di kemudian hari, namun terlihat jelas bahwa persoalan kemacetan lalu lintas Jakarta yang sering disebut-sebut sebagai permasalahan pelik ternyata bisa dikurangi dengan signifikan melalui cara-cara yang sederhana!

Minggu, 20 Maret 2011

Busyet! Sejak kapan?

Sejak kapan ada dua orang kawans saya yang mengikuti blog saya ini?

Aduh, jadi terharu aku.

(Lebai mode ON)

Oh Holi, tidak tahukah kau, aku telah menyapamu ribuan kali di messenger?
Tapi aku menatap layar kosong, tidak ada balasan darimu.
Huweeeeeeee....!

Oh Fiya, tidak tahukah kau, blog-mu begitu cute? *LHO?*

Ini mungkin post geje, tapi aku senang! HA HA HA..
(gila)

Perkenalkan, Saya Lita!

Saya adalah orang yang sangat suka berceloteh. Di sini saya tidak mengungkap banyak hal mengenai status sosial maupun status pendidikan saya, yang ingin saya tekankan melalui situs ini adalah pemikiran-pemikiran pribadi yang sering hinggap di benak saya.

Tentu saja mungkin ada hal-hal yang menarik bagi Anda, mungkin ada juga yang tidak. Itu hak Anda untuk menilai, tapi di sini saya hanya ingin bebas megekspresikan dan mendokumentasikan beragam pemikiran saya.

Jujur saja, blog ini dibuat berkat saudari Fiya yang telah meyakinkan saya terhadap kinerja Blogspot dalam mengasuh blogger-nya. Juga karena di sini saya lebih bebas menentukan font bila dibandingkan dengan situs-situs dengan platform sejenis.

Saya berusaha agar blog ini bisa menyampaikan opini saya dengan baik kepada Anda. Untuk itu, Anda mungkin akan sedikit sekali melihat adanya gambar di situs ini, kecuali pada bagian background. Saya tahu ini mungkin bukan teknik blogging yang baik, dan saya pun tidak peduli tentang itu. Saya hanya ingin bersenang-senang dengan pikiran saya dan menulisnya.

Selamat membaca!