Saya teringat kepada sebuah jurnal yang saya baca sekilas siang ini. Dari judulnya saja, jurnal tersebut sudah membuat saya terkejut. Bagaimana tidak, dalam satu jurnal ada lima aspek yang terkandung di dalamnya: kebijakan, multi-decision analysis, stakeholder, wastewater, dan khususnya sampah medis. Secara garis besar, jurnal tersebut sangat kompleks karena merupakan analisis multi-decision atau keputusan berganda yang dipengaruhi kebijakan sekaligus berperan pada stakeholder dalam menentukan penanganan wastewater dari sebuah rumah sakit yang menghasilkan sampah medis.
Tapi, dalam proses perumusan framework, ternyata analisis keputusan berganda tersebut hanya berujung pada Ya atau Tidak. Jika Ya, berarti analisis berhasil mendapat respons positif dari stakeholder, sedangkan Tidak berarti sebaliknya.
Lucu kan? Dari sesuatu yang sangat rumit ternyata bisa berujung pada sesuatu yang sangat sederhana.
Contoh lain yang terlintas di benak saya adalah persoalan kemacetan Jakarta.
Sebenarnya salah satu faktor yang menimbulkan perbedaan jauh antara lalu lintas Jakarta dengan Hong Kong (dengan tingkat kependudukan yang tinggi dan masih satu lingkup negara berkembang dengan Indonesia) adalah kuantitas motor. Motor memang terlihat hemat ruang dalam badan jalan, namun sebenarnya jumlah luas jalan yang dipakai oleh 4 pengendara sepeda motor setara dengan luas jalan yang dipakai sebuah mobil. Jadi, kalau dikatakan hemat ruang, tidak juga ya.
Selain ruang, motor juga menyulitkan pengguna mobil untuk berkendara lebih cepat. Kenapa? Karena pengguna motor biasanya cenderung menyalip di sela-sela ruang tersempit yang nampak tanpa memperhitungkan kondisi di sekelilingnya. Yang penting muat, langsung masuk! Ini dia yang menimbulkan kekhawatiran sangat besar pada pengguna mobil, sehingga pada akhirnya lalu lintas pun menjadi padat merayap.
Lain halnya dengan Hong Kong di mana sebagian besar orang yang tidak mengendarai mobil pasti berjalan kaki atau menggunakan bus atau kendaraan umum. Kenapa demikian? Karena harga motor di sana tidaklah murah dan orang-orang tentu berpikir untuk menghemat uang dengan memakai jasa kendaraan umum. Kalau dipikir-pikir, bila kondisi seperti ini diterapkan di Indonesia, akan sangat menguntungkan! Kapan lagi persoalan kemacetan lalu lintas Jakarta bisa diselesaikan sambil menambah keuntungan Pemerintah melalui pendapatan kendaraan umum??
Meskipun contoh di atas memerlukan penelitian lebih lanjut mengenai efek yang mungkin akan ditimbulkan di kemudian hari, namun terlihat jelas bahwa persoalan kemacetan lalu lintas Jakarta yang sering disebut-sebut sebagai permasalahan pelik ternyata bisa dikurangi dengan signifikan melalui cara-cara yang sederhana!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar